Rabu, 22 Februari 2012

Catatan dari FB, bertanggal 8 Februari 2012 pukul 11:38 ·

AKULAH SANG PUTRA SULUNG DAN UJUNG TOMBAK DARI "KLAN" INI..

 

Malam ini, setelah aku menyibukkan mata dan otakku dengan beberapa tayangan di layar kaca dengan harapan melupakan apa yang sedang terjadi dengan hari-hariku pasca prosesi jusidium ku tahun lalu, atau lebih terangnya 16 purnama lalu, kira-kira kurang lebihnya sekitar 32 pekan yang lewat.

Tak pernah membayang sedikitpun terlintas, akan seperti ini kisah pasca hari itu, dengan segumpal kebanggan dan bahagia lantaran beberapa rekan dan junior pun ikut hanyut dalam peristiwa yang sempat menjadi salah satu titik momen dalam hidupku, ketika 'amanah' orang tua dan harapan beliau beliau sedikit terpenuhi..
Impian dari sekelompok orang yang di sebut keluarga, saya anak tertua dan laki-laki dalam klan
"Simatupang-Simbolon"
tanpa daya yang mungkin mencukupkan pun, dikirim ke tempat mencari ilmu yang konon d provinsi ini adalah nomor wahidnya, betapa tidak tempat itu adalah satu-satunya Universitas Negeri di provinsi ini. Dengan harapan yang menggunung di pundak, dan keyakinan serta bekal seadanya semua pun terlalui, bukan karena bekal yang cukup namun sepertinya restu Sang Penguasa Mayapada, mengijinkan saya untuk sampai dititik yudisium hari itu, walaupun dalam perjalanannya terseok seok penuh simbahan darah dan air mata, ah mungkin terdengar sedikit berlebihan tapi beberapa orang yang mengerti dan sempat menjadi rekan sejawat tau, ungkapan 'simbah darah dan air mata' mungkin lebih ke arah arti sesungguhnya bukan lagi ungkapan.



Dimulailah cerita petualangan atas nama pencarian dan pembuktian diri atas kebenaran, dari makna gelar yang telah di sandangkan sebagai seorang sarjana, ya Sarjana Teknik Mesin (red: ,S.T ) ini. Dengan indeks prestasi yang cukup saja 3 kurang dari 4 namun berharap dapat segera memperoleh pekerjaan.


Beberapa akun ku buat d website-website penyedia lowongan kerja, hampir setiap hari apply dilakukan, berlaksa berkas terkirim lwt pos, bahkan untuk menyeberangi selat sunda beberapa kali, namun tetap saja seperti malam berkabut tak da satupun sampai pada ujungnya, kemanapun diri terbawa yang ada hanya kehampaan,
ribuan harap terucap, mematikan sukma ego dari raga, menahan tiap caci yang menyepuh lelah dan semangatku.
Entah apa yang terjadi, mungkinkah Mayapada telah, memusuhi..
Atau kepada sang Pemilik Mayapada itu sendiri sudah terlalu enggan, melihatku. Tak bnyak harapanku hanya memperoleh pegangan hidup demi menata klan keluarga baru di masa depan, tak lagi pembuktian akan apapun hasrat yang dulu membara.
Keagungan diri memupus, ke manapun langkah ini membawa. Seakan tak berharga dan berguna, menapaki langit dan samudera.

Oh, jagat mayapada Ilahi,
ku menatap tajam ke cakrawala, seperti apakah dunia ini akan menempahku, dengan cerita apa lagi hamba di basuh.
Saat ini hanya pikiran dan rasa, untuk setidaknya membuat orang-orang yang hamba cintai tak terkelang oleh suratan nasib hamba sendiri. Ku jeritkan cinta-cintaku d tebing ini, dan sesal yang tak dapat terungkapkan dengan dentuman bahan peledak sekalipun. Aku hanya seorang putra, dari sebuah klan keluarga yang memikul jutaan laksa dan beban, ujung dari tiang harap, aku bernanah menajamkan diriku namun sepertinya aku masih terlalu tumpul dan lemah untuk di acungkan, menentang mentari..
Kali ini aku kan berdiam di puncak bukit ini, mengikuti arah mata angin yang akan membawa bau busuk luka nanah d asa ini,
duduk di bawah payung cakrawala, berharap air yang tumpah dari atas membawa keluh kesahku,
dan dinginnya udara dapat membekukan kembali serpihan - serpihan harapan dan kepercayaan yang hancur..
Aku sang putra sulung dari klan ini, menanti basuhan MU pada luka ini, jagat Ilahi Mayapada.



08022012


Entri Populer